RSS

Melupakan Kebaikan Keluarga, Ia Hilang Ingatan



( Nanang hanya bisa diam dirumah, seperti orang yang tidak tahu apa-apa. Dia seperti orang linglunng, tidak ingat apapun dan siapa pun. Setiap hari, dia hanya duduk melamun )

I
a Nanang (30 tahun). Tentu, nama samaran. Seorang pria yang menjadi petugas keamanan sekaligus penegak hukum di negara ini. Tugas dan kewajiban Nanang sebenarnya mulia: berdoro di barisan institusi yang diberi kewenangan untuk mengayomi, melayani bahkan memberikan rasa aman ditengah masyarakat.

            Nanang seharusnya menjadi contoh bagaimana penegak hukum berperilaku. Tapi, dia seperti lupa dan tak bisa menajdi sosok yang didambakan bagi institusinya. Dia yang dibekali perlengkapan senjaata sebagai pengaman, justru senjata itu kerap dislahgun
Kan. Nanang yang memeang memiliki perawakan gagah, bertubuh kekar dan berotot seringkali memanggul senjata di depan siapapun.

            Setiap kali keluar dari kantor ataurumah, dia selalu menenteng senjata. Bahkan, senjata laras panjang. Seolah dia ingin menunjukan di depan banyak orang, dia itu gagah fan sorang pengaman. Bahkan, ketika berkunjung ke rumah tetangga sebelah rumah, dia pun menenteng senjata.

            Orang-orang kampung (sebut saja Kampung Durian) tak tahu, apa yang diinginkan oleh Nanang. Padahal, kampung itu dalam keadaan aman, tidak sedang ada perseteruan. Wajar, jika kampung merasa ciut dan kecut melihat Nanang. Warga kampung kadang miris dan takut. Apalagi, Nanang dahulu dikenal nakal. Sudah bukan rahasia lagi jika ia suka minum, berjudi dan main perempuan.

            Tapi, setelah menjadi salah satu pengayom masyarakat dan penegak hukum, kelakuan Nanang justru lebih menjadi-jadi. Jika dulu dia dikenal sebagai peminum, penjudi, dan tukang main perempuan, kini dia malah menjadi backing. Semua warga kampung tahu. Nanang tak jarang membandari para pemuda kampung untuk pesta miras dan melakukan judi secara massal.

            Tetapi, apa yang dilakukan oleh warga?  Nanang dipandang sebagai pengayom sekaligus penegak hukim malah tidak mencegah semua perilaku yang merusak moral tersebut, bahkan dia yang menjadi backin dan membandari semua itu. Warga hanya mengelus dada, dan ulah Nanang itu pun menjadi bahangunjingan.

            Nanang sering pulang larut malam, dengan mulut bau alkohol atau minuman keras. Tak jarang, warga melihat Nanang bahkan pulang ke rumah membawa wanita asing. Kelakuan yang kurang baik itu sering membuat orang tua Nanang merasa malu kepada penduduk kampung. Ironisnya, makin hari kelakuan Nanang itu kian tak terkendali. Ibunya sudah berulang kali memberi nasehat, tetapi Nanang justru selalu menanggapi denagan kemarahan.

            Akhirnya, warga kampung hanya bisa berharap kepada Mahmuud (28 tahun) yang tidak lain kakak sepupu Nanang  untuk menegur. Tapi apa daya dengan Mahmud? Apalagi, Mahmud lebih muda, meski dalam hubungan keluarga sebagai kakak sepupu. Di mata orang kampung, karakter Mahmud memenag bertolak belakang atau dapat diibaratkan seperti bumi dan langit jika dibandingkan dengan Nanang. Mahmud sopan, lembut, dan santun. Meski Mahmud bukan lulusan pesantren, tapi di mata warga dia itu mempunyai akhlak yang baik dibanding Nanang.
           
Saudara Sepupu
            Nanang dan Mahmud itu saudara sepupu- ibu Nanang adik dari ayahnya Mahmud. Tapi keduanya baik Nanang maupun Mahmud sama-sama anak semata wayang. Bahkan, wajah mereka berdua pun mirip. Tapi, kemiripan wajah itu ternyata tidak menunjukan kemiripan perilaku. Nanang keras dan mudah emosi, Mahmud lembut dan lebih arif.

            Setelah lulus SMA, Mahmud memilih meninggalkan kampung halaman untuk merantau ke ibu kota. Kepergian Mahmud ke ibu kota tidak lain untuk mencari pekerjaan. Nasib baik ternyata berpihak kepada Mahmud. Dia bahkan langsung mendapat pekerjaan di sebuah mall di bilangan Jakarta.

            Hai berlalu, bulan terbilang dan tahun berganti. Mahmud yang semula hanya sebagai pelayan, seiring perjalanan waktu mulai naik jabatan. Hal itu tidak lain karena di mata atasan, Mahmud dipandang sebagai orang yang jujur, baik dan bisa memegang amanah. Dari situlah, Mahmud kemudian diangkat sebagai pengawas bagi teman-temannya. Perlahan gaji bulanan Mahmud pun naik.

            Mahmud yang memang baik dan jujur bisa menyisihkan sebagian uang dari gaji yang dia terima untuk dikirim kepada orang tuanya di kampung halaman. Apalagi saat gajinya sudah lumayan besar, tentu dia lebih banyak lagi memberikan untuk kedua orang tuanya dan sebagian lagi dia tabung.

            Lain kisah Mahmud, lain pula dengan kisah Nanang. Selepas SMA, Nanang tidak mengikuti langkah Mahmud. Dia lebih senang menghabiskan waktunya untuk bergaul dengan teman-temannya yang tidak benar. Pergi malam pulang pagi, jarang di rumah. Jika malam tiba, kehidupan Nanang pun seperti dimulai. Dia pun bergaul secara bebas. Tak heran, beberapa kali dia terlihat memebawa wanita asing ke rumah.

            Sebenarnya, orang tua Nanang tidak tinggal diam, tetapi apa daya karena Nanang sudah merasa besar dan tidak lagi mau diatur. Akhirnya, orangtua Nanang tak mau mengambil resiko. Acuh. Apalagi, Nanang itu orangnya gampang naik pitam. Jika dinasehati suka marah. Murka. Orangtuanya akhirnya memilih diam, meski memendam perasaan malu pada tetangga.

Berkat Bantuan Mahmud
            Suatu hari, ada pendaftaran untuk menjadi anggota korps keamanan dan penegak hukum. Nanang yang memang memiliki tubuh yang tinggi, kekar, dan berotot diminta oleh teman-temannya untuk ikut mendaftar. Nanang sadar, dia memiliki semua persyaratan itu dan yakin bisa diterima. Akhirnya, dia memaksa orangtuanya untuk memberikan izin sekaligus memberikan uang untuk keperluan selama proses seleksi.

            Sayang, orang tua Nanang bukan oranng kaya, dan tidak memiliki uang sehingga tak bisa berbuat apa-apa. Tetapi, Nanang seperti tidak mau tahu dan terus memaksa. Akhirnya, ibunya Nanang dengan sangat terpaksa meminjam uang kepada Mahmud yang sudah bekerja di ibu kota.

            Sebagai saudara, Mahmud tidak tega membiarkan Nanang tidak bisa ikut mendaftar dan melewatkan kesempatan itu. Mahmud pun berharap setelah Nanang diterima nanti, apalagi menjadi pengayom masyarakat akan bisa berubah atau setidaknya dalam keluarganya ada orang yang bisa dibanggakan. Mahmud pun rela membantu, mengambil semua tabungannya yang selama itu dia sisihkan.

            Nanang beruntung. Dia akhirnya diterima tes dan seleksi yang ketat itu. Tetapi setelah menjadi pengayom masyarakat Nanang bukannya bersyukur malah perilaku-nya semakin menjadi-jadi. Ia kian sombong dan arogan. Lebih parah lagi, ia benar-benar lupa pada keluarga Mahmud kakak sepupuny dan juga orang yang sebenarnya telah banyak memnabantu.

            Suatu hari, Mahmud sedang mendapat musibah. Dia jatuh sakit. Akibatnya, dia terpaksa harus cuti dari tempatnya bekerja. Tetapi, lama mahmud tidak kunjung sembuh sehingga dia pun di PHK dari tempatnya bekerja. Orangtua Mahmud yang tak punya uang untuk mengobati Mahmud terpaksa memberanikan diri mencari pinjaman ke beberapa orang, termasuk kepada Nanang yang sudah “jadi orang”

            Bak kacang yang lupa kulitnya. Nanang seakan melupakan kebaikan Mahmud yang dulu telah bersusah membantu. Nanang sepeser pun tak mau membantu Mahmud. Bahkan dia tak pernah berkunjung walaupun sekedar menjenguk Mahmud sewaktu sakit. Dengan sangat kecewa, orang tua Mahmud hanya dapat mengadukan nasib Mahmud, anak semata wayangnya itu kepada Allah. Mereka berdo’a kepada Allah agar membalas semua perilaku Nanang yang dianggap mengecewakan Mahmud.

Akhir kisah Nanang
            Hingga akhirnya, suatu hari, peristiwa naas yang tidak diinginkan oleh siapa pun itu pun menimpa Nanang. Hari itu, Nanang pulang tengah malam dalam keadaan mabuk mengendarai sepeda motor. Tiba-tiba saat di persimpangan jalan, Nanang menabrak jembatan yang ada di dekat rumahnya. Seketika itu, dia terjungkal dan tidak sadarkn diri.

            Untung, masih ada dua warga kampung yang sedang ronda kebetulan melihat dan mau menolong Nanang. Malam itu, tubuh Nanang yang tak sadarkan diri segera dilarikan ke rumah sakit terdekat oleh warga kampung yang sedang ronda setelah dibantu beberapa tetangga.

            Tapi, hal itu tidak banyak membantu. Setelah sekian lama dirawat, Nanang memang bisa sadar dari koma, tetapi otak Nanang tidak bisa kembali seperti semula. Otaknya divonis kuranng sehat. Akhirnya dia hilang ingatan karena benturan keras dikepalanya denganpagar jembatan di jalan raya di dekat rumahnya itu. Dia bahkan tidak ingat kepada siapa pun, termasuk kepada orangtuanya sendiri.

            Akhirnya, Nanang terpaksa pensiun dini dari tugasnya sebagai pengayom masyarakat sekaligus penegak hukum di negeri ini. Kini Nanang hanya bisa diam di rumah. Dia sperti orang linglung, tidak ingat apa-apa dan siapa pun. Setiap hari dia hanya duduk melamun.

Hikayat Kuburan Amblas



( Seorang laki-laki kaya tapi terkenal sombong, wafat karena serangan jantung. Tapi tak banyak orang melayat dan mengurus jenazahnya. Kuburannya pun juga di kabarkan amblas beberapa hari kemudian. )

S
ebut saja namanya Haji Cecep ia pria setengah baya. Usianya masih sekitar 40-an. Ia seorang pengusaha yang cukup kaya. Usahanya adalah penyewaan kendaraan bermotor, baikitu angkutan umum, mobil keluarga, bahkan sepeda motr. Kendaraan yang ia milliki berjumlah puluhan. Pendek kata ia adalah laki-laki yang sukses.

“ Ia merintis usahanya di Bandung. Sedikit demi sedikit sampai menjadi besar dan sukses. Kisah kesusksesannya tersiar sampai kampung kami di Tasikmalaya. Rumahnya besar dan mobilnya banyak,” ujar Romli ( bukan nama sebenarnya ) nara sumber yang masih kerabat Haji Cecep.

Haji Cecep ternyata memulai usahanya dari bisnis simpan-pinjam. Ia meminjamkan uang kepada yang membutuhkan dengan membebankan bunga atau dalam istilah Sunda Boroh. Dari usaha inilah akumulasi uangnya cepat meningkat dan bisa membeli kendaraan yang kemudian ia sewakan. Perlahan, usahanya makin maju hingga memiliki sekitar 26 mobil.

Sehari-hari, Haji Cecep sibuk mengurus bisnisnya itu. Dengan unit kendaraan mobil-motor yang banyak, waktunyabanyak tersita. Dari kesibukannya itu pula ia meraup untung yang besar.

Gelar “ Haji “ yang melekat pada namanya karena ia memang telah menunaikan ibadah haji. Tak hanya itu, ia juga terdengar sering melaksanakan ibadah umrah. Biaya haji-umrah buatnya memang tak masalah. Kapan pun ia mau, ia bisa berangkat.

Tapi dalam keadaan berkelimpahan itu, ada yang berubah dalam diri Haji Cecep. Ia mulai sombong. Tak mudah untuk ditemui. Ia juga kerap acuh tak acuh dengan tetangga atau kerabatnya. Romli bercerita, pernah ia bertandang ke rumahnya Haji Cecep dijaga Satpam.

“Mau ketemu siapa?” tanya sang Satpam
“Mau ketemu Haji Cecep. Saya keluarganya,” ujar Romli yang datang bersama pamannya.

Romli dan pamannya lalu disuruh menunggu karena Haji Cecep sedang pergi. Tapi menurut Satpam, ia tak lama perginya. Setelah menunggu beberapa saat, Haji Cecep datang. Romli dan pamannya lalu dipersilahkan masuk dan menunggu di ruang tamu. Duduk beberapa saat, Haji Cecep kelihatan. Tapi ia seperti tak terlalu memperdulikan. Sikapnya itu membuat Romli dan pamannya menjadi tak enak hati. Sedikit berbsa-basi, Haji Cecep berkata bahwa ia masih sibuk hingga ia tak duduk dan berbicara dengan tamunya. Mendengar itu Romli dan pamannya pamit pulang.

“Ia seperti tak acuh. Mellihat kekerabatan kami, saya dan paman lumayan terpukul melihat sikapnya. Tapi, ya mungkin, dia memnag sibuk.” ujar Romli

            Demikainlah. Romli mengaku jarang bertemu Haji Cecep setelah peristiwa itu Romlikemudian merantau, mencari kerja.

Terkena Serangan Jantung
            Beberapa waktu setelah itu, Romli tak tahu lagi kabar Haji Cecep sampai ia kemudian mudik ke kampungnya. Ia mendapat kabar Haji Cecep telah meninggal.
            “Meninggal? Kapan?” tanya Romli
            Ibunya lalu menceritakan Haji Cecep wafat setelah didapati sekarat oleh supirnya. Ia segera dilarikan kerumah sakit. Setelah mendapat pertolongan darurat, nyawanya tak tertolong. Rupanya ia terkena serangan jantung yang membuatnya kolaps.
            Setelah wafat di Bandung, jenazah Haji Cecep dibawa ke kampung halmannya di Tasikmalaya. Tapi suasana di rumahnya seperti tak ada kemalangan apa-apa.
            “Aneh juga, ta ada orang yang datang melayat atau bertakziah. Hanya beberapa orang saja. Entah kenapa orang seprti enggan. Ada yang menyebut, warga tak terlalu peduli,” ujar Romli
            Kondisi ini membuat keluarga Haji cecep gundah juga. Warga yang biasanya datang dan kemudian bergotong royong membantu prosesi pengurusan jenazah tak tampak batang hidungnya. Akhirnya disewalah beberapa orang untuk mengurus dan menggali makamnya. Orang-orang bayaran ini juga yang kemudian menguburkan jenazah Haji Cecep.
            “itu mungkin karene ia acap terlihat acuh terhadap orang lain. Jadi orang-orang juga mengacuhkan dia saat ia wafat,” uajr Romli
            Setelah beberapa hari kemudian, warga kemudian dikejutkan dengan kabar tak mengenakkanlainnya. Kuburan Haji Cecep didapati amblas dan tanahnya berantakkan tak karuan. Seperti ada bahan peledak yang jatuh. Kuburan itu lalu dirapihkan kembali. Alhamdulillah, setelah itu tak ada kejadian aneh lainnya.

            Apa sejatinya yang menimpa Haji Cecep hanya Allah yang Maha Tahu. Tapi setidaknya kita mendapat pelajaran, bahwa janganlah sampai kekeyaan atau kesibukkan membuat kkita tak bersilaturahmi atau mengabaikan kekerabatan dan persaudaraan. Mencari uang banyak juga bukan segala-galanya. Karena uang hanya satu kekayaan dari kekayaan lain di dunia ini. Semoga kita bisa mengambil hikmahnya. 


Assalamu'alaikum...

Ini ceritaku tentang adikku Nur Annisa, gadis yang
baru beranjak dewasa namun rada bengal dan tomboy.
...Pada saat umur adikku menginjak 17 tahun ,
perkembangan dari tingkah lakunya rada mengkhawatirkan ibuku , banyak teman
cowoknya yang datang kerumah dan itu tidak mengenakkan ibuku sebagai
seorang guru ngaji.

Untuk mengantisipasi hal itu ibuku menyuruh adikku
memakai jilbab, namun selalu ditolaknya hingga timbul
pertengkaran-pertengkaran kecil diantara mereka.

Pernah satu kali adikku berkata dengan suara yang
rada keras "mama coba lihat deh, tetangga sebelah anaknya pakai
jilbab namun kelakuannya ngga beda beda ama kita-kita, malah
teman teman ani yang disekolah pake jilbab dibawa om om, sering
jalan-jalan, masih mending ani, walaupun begini gini ani ngga pernah mo
kaya' gituan ", bila sudah seperti itu ibuku hanya mengelus dada,
kadangkala di akhir malam kulihat ibuku menangis, lirih terdengar doanya "
Ya Allah , kenalkan Hani dengan hukum Engkau ".

Pada satu hari di dekat rumahku, ada tetangga baru
yang baru pindah. Satu keluarga dimana mempunyai enam anak yang
masih kecil-kecil. Suaminya bernama Abu khoiri, (entah nama aslinya
siapa) aku kenal dengannya waktu di masjid.

Setelah beberapa lama mereka pindah timbul desas
desus mengenai istri dari Abu khoiri yang tidak pernah keluar rumah,
hingga dijuluki si buta, bisu dan tuli. Hal ini terdengar pula oleh
Adikku, dan dia bertanya sama aku "kak, memang yang baru pindah
itu istrinya buta, bisu dan tuli ?"

..trus aku jawab sambil lalu "kalau kamu mau
datangin aja langsung rumahnya".

Eehhh, tuh anak benar-benar datang ke rumah….
Sekembalinya dari rumah tetanggaku, kulihat perubahan yang drastic pada
wajahnya, wajahnya yang biasa cerah ngga' pernah muram atau lesu
mejadi pucat pasi..entah apa yang terjadi.?

Namun tidak kusangka selang dua hari kemudian dia
meminta pada ibuku untuk dibuatkan Jilbab ..yang panjang lagi..rok
panjang, lengan panjang..aku sendiri jadi bingung..aku
tambah bingung campur syukur kepada Allah SWT karena kulihat perubahan
yang ajaib..yah kubilang ajaib karena dia berubah total..tidak
banyak lagi anak cowok yang datang ke rumah atau teman teman wanitanya
untuk sekedar bicara yang ngga' karuan..kulihat dia banyak merenung,
banyak baca-baca majalah islam yang biasanya dia suka beli majalah
anak muda kaya' gadis atau femina, ganti jadi majalah-majalah
islam, dan kulihat ibadahnya pun melebihi aku, tak ketinggalan
tahajudnya, baca Qur'annya, sholat sunat nya..dan yang lebih
menakjubkan lagi ..bila teman ku datang dia menundukkan pandangan..Segala
puji bagi Engkau ya Allah SWT jerit hatiku..

Tidak berapa lama aku dapat panggilan kerja di
kalimantan, kerja di satu perusahaan minyak KALTEX. Dua bulan aku
bekerja disana aku dapat kabar bahwa adikku sakit keras hingga
ibuku memanggilku untuk pulang ke rumah (rumahku di madiun). Di
pesawat tak henti hentinya aku berdoa kepada Allah SWT agar Adikku
di beri kesembuhan, namun aku hanya berusaha. ketika aku tiba di
rumah..didepan pintu sudah banyak orang..tak dapat kutahan aku lari
masuk kedalam rumah..kulihat ibuku menangis ..aku langsung
menghampiri dan memeluk ibuku..sambil tersendat
sendat ibuku bilang sama aku
"dhi , adikkmu bisa ucapkan kalimat Syahadah di
akhir hidupnya "..tak dapat kutahan air mata ini...

Setelah selesai acara penguburan dan lainnya ,
iseng aku masuk kamar adikku dan kulihat Diary diatas mejanya..diary
yang slalu dia tulis, Diary tempat dia menghabiskan waktunya
sebelum tidur kala kulihat sewaktu almarhumah adikku masih hidup,
kemudian kubuka selembar demi selembar..hingga tertuju pada satu
halaman yang menguak misteri dan pertanyaan yang slalu timbul di
hatiku..perubahan yang terjadi ketika adikku baru pulang dari rumah Abu
khoiri..disitu kulihat Tanya jawab antara adikku dan istri dari
tetanggaku ..isinya seperti ini :

Tanya jawab ( kulihat dilembaran itu banyak bekas
airmata )

Annisa :
aku berguman (wajah wanita ini cerah dan bersinar layaknya bidadari)

.....ibu.. wajah ibu sangat muda dan cantik

Istri tetanggaku :
Alhamdulillah ..sesungguhnya kecantikan itu datang dari lubuk hati

Annisa :
tapi ibu kan udah punya anak enam ..tapi
masih kelihatan cantik

Istri tetanggaku :
Subhanallah ..sesungguhnya keindahan itu milik Allah SWT
dan bila Allah SWT berkehendak.. siapakah yang bisa menolaknya

Annisa :
Ibu..selama ini aku slalu disuruh memakai jilbab oleh ibuku ….
namun aku selalu menolak karena aku pikir ngga
masalah aku ngga pakai jilbab asal aku tidak macam macam dan
kulihat banyak wanita memakai jilbab namun kelakuannya melebihi kami
yang tidak memakai jilbab..hingga aku ngga pernah mau untuk pakai
jilbab..menurut ibu bagaimana

Istri tetanggaku :
duhai Annisa, sesungguhnya Allah SWT menjadikan seluruh tubuh
wanita ini perhiasan dari ujung rambut hingga ujung kaki,
segala sesuatu dari tubuh kita yang terlihat oleh bukan muhrim kita
semuanya akan dipertanggung jawabkan
di hadapan Allah SWT nanti, jilbab adalah hijab untuk wanita ..

Annisa :
tapi yang kulihat banyak wanita jilbab
yang kelakuannya ngga enak..

Istri Tetanggaku :
Jilbab hanyalah kain, namun
hakekat atau arti dari jilbab itu sendiri yang harus kita pahami

Annisa :
apa itu hakekat jilbab ?

Istri Tetanggaku :
Hakekat jilbab adalah hijab
lahir batin , hijab mata kamu dari memandang lelaki yang bukan muhrim
kamu, hijab lidah kamu dari berghibah dan kesia siaan
...usahakan slalu berdzikir kepada Allah SWT, hijab telinga kamu dari
mendengar perkara yang mengundang mudharat baik untuk dirimu maupun
masyarakat, hijab hidungmu dari mencium cium segala yang berbau
busuk, hijab tangantangan kamu dari berbuat yang tidak senonoh, hijab
kaki kamu dari melangkah menuju maksiat, hijab pikiran kamu dari
berpikir yang mengundang syetan untuk memperdayai
nafsu kamu, hijab hati kamu dari sesuatu selain Allah SWT, bila kamu
sudah bisa maka jilbab yang kamu pakai akan menyinari
hati kamu..itulah hakekat jilbab

Annisa :
ibu aku jadi jelas sekarang dari arti
jilbab..mudah mudahan aku bisa pakai jilbab ..namun bagaimana aku bisa
melaksanakan semuanya

Istri tetanggaku :
Duhai nisa bila kamu memakai
jilbab itu lah karunia dan rahmat yang datang dari Allah SWT yang Maha
Pemberi Rahmat, bila kamu mensyukuri rahmat itu kamu akan
diberi kekuatan untuk melaksanakan amalan-amalan jilbab hingga
mencapai kesempurnaan yang diinginkan Allah SWT

Duhai nisa ..ingat lah akan satu hari dimana
seluruh manusia akan dibangkitkan..ketika ditiup terompet yang kedua
kali ..pada saat roh-roh manusia seperti anai-anai yang
bertebaran dan dikumpulkan dalam satu padang yang tiada batas,
yang tanahnya dari logam yang panas, tidak ada rumput maupun
tumbuhan, ketika tujuh matahari didekatkan di atas kepala kita namun
keadaan gelap gulita, ketika seluruh seluruh nabi ketakutan, ketika ibu
tidak memperdulikan anaknya, anak tidak memperdulikan ibunya , sanak
saudara tidak kenal satu sama lain lagi, kadang satu sama lain bisa
menjadi musuh, satu kebaikan lebih berharga dari segala
sesuatu yang ada di alam ini, ketika manusia
berbaris dengan barisan yang panjang dan masing masing hanya memperdulikan
nasib dirinya, dan pada saat itu ada yang berkeringat karena rasa
takut yang luar biasa hingga menenggelamkan dirinya, dan rupa-rupa
bentuk manusia bermacam-macam tergantung dari amalannya, ada yang
melihat ketika hidupnya namun buta ketika dibangkitkan, ada yang
berbentuk seperti hewan, ada yang berbentuk seperti syetan, semuanya
menangis..menangis karena hari itu Allah SWT murka.. belum pernah
Allah SWT murka sebelum dan sesudah hari itu. hingga ribuan tahun manusia
didiamkan Allah SWT di padang mahsyar yang panas membara hingga
Timbangan Mizan digelar itulah hari Hisab..

Duhai Annisa bila kita tidak berusaha untuk
beramal di hari ini, entah dengan apa nanti kita menjawab bila kita disidang
oleh Yang Maha Perkasa, Yang Maha Besar, Yang Maha Kuat, Yang
Maha Agung. Allah SWT . Sampai disini aku baca diarynya karena kulihat
berhenti dan banyak tetesan air mata yang jatuh dari pelupuk matanya.
Subhanallah.. kubalik lembar berikutnya dan kulihat tulisan : kemudian
kulihat tulisan kecil di bawahnya buta, tuli dan bisu.. wanita yang tidak pernah
melihat lelaki selain muhrimnya, wanita yang tidak pernah mau mendengar
perkara yang dapat mengundang murka Allah SWT, wanita tidak pernah
berbicara ghibah dan segala sesuatu yang mengundang dosa dan sia-sia

tak tahan airmata ini pun jatuh. Semoga Allah SWT
menerima Adikku di sisinya..Amin
Subhanallah ..aku harap cerita ini bisa menjadi
iktibar bagi kita semua.