( Seorang laki-laki kaya tapi terkenal
sombong, wafat karena serangan jantung. Tapi tak banyak orang melayat dan
mengurus jenazahnya. Kuburannya pun juga di kabarkan amblas beberapa hari
kemudian. )
S
|
ebut saja namanya Haji Cecep ia pria
setengah baya. Usianya masih sekitar 40-an. Ia seorang pengusaha yang cukup
kaya. Usahanya adalah penyewaan kendaraan bermotor, baikitu angkutan umum,
mobil keluarga, bahkan sepeda motr. Kendaraan yang ia milliki berjumlah
puluhan. Pendek kata ia adalah laki-laki yang sukses.
“ Ia merintis
usahanya di Bandung. Sedikit demi sedikit sampai menjadi besar dan sukses. Kisah
kesusksesannya tersiar sampai kampung kami di Tasikmalaya. Rumahnya besar dan
mobilnya banyak,” ujar Romli ( bukan nama sebenarnya ) nara sumber yang masih kerabat Haji Cecep.
Haji Cecep ternyata
memulai usahanya dari bisnis simpan-pinjam. Ia meminjamkan uang kepada yang
membutuhkan dengan membebankan bunga atau dalam istilah Sunda Boroh. Dari usaha
inilah akumulasi uangnya cepat meningkat dan bisa membeli kendaraan yang
kemudian ia sewakan. Perlahan, usahanya makin maju hingga memiliki sekitar 26
mobil.
Sehari-hari, Haji
Cecep sibuk mengurus bisnisnya itu. Dengan unit kendaraan mobil-motor yang
banyak, waktunyabanyak tersita. Dari kesibukannya itu pula ia meraup untung
yang besar.
Gelar “ Haji “ yang
melekat pada namanya karena ia memang telah menunaikan ibadah haji. Tak hanya
itu, ia juga terdengar sering melaksanakan ibadah umrah. Biaya haji-umrah
buatnya memang tak masalah. Kapan pun ia mau, ia bisa berangkat.
Tapi dalam keadaan
berkelimpahan itu, ada yang berubah dalam diri Haji Cecep. Ia mulai sombong.
Tak mudah untuk ditemui. Ia juga kerap acuh tak acuh dengan tetangga atau
kerabatnya. Romli bercerita, pernah ia bertandang ke rumahnya Haji Cecep dijaga
Satpam.
“Mau ketemu siapa?” tanya sang Satpam
“Mau ketemu Haji
Cecep. Saya keluarganya,” ujar Romli yang datang bersama pamannya.
Romli dan pamannya
lalu disuruh menunggu karena Haji Cecep sedang pergi. Tapi menurut Satpam, ia tak
lama perginya. Setelah menunggu beberapa saat, Haji Cecep datang. Romli dan
pamannya lalu dipersilahkan masuk dan menunggu di ruang tamu. Duduk beberapa
saat, Haji Cecep kelihatan. Tapi ia seperti tak terlalu memperdulikan. Sikapnya
itu membuat Romli dan pamannya menjadi tak enak hati. Sedikit berbsa-basi, Haji
Cecep berkata bahwa ia masih sibuk hingga ia tak duduk dan berbicara dengan
tamunya. Mendengar itu Romli dan pamannya pamit pulang.
“Ia seperti tak acuh.
Mellihat kekerabatan kami, saya dan paman lumayan terpukul melihat sikapnya.
Tapi, ya mungkin, dia memnag sibuk.” ujar Romli
Demikainlah. Romli mengaku jarang
bertemu Haji Cecep setelah peristiwa itu Romlikemudian merantau, mencari kerja.
Terkena
Serangan Jantung
Beberapa waktu setelah itu, Romli tak tahu lagi kabar Haji Cecep sampai
ia kemudian mudik ke kampungnya. Ia mendapat kabar Haji Cecep telah meninggal.
“Meninggal?
Kapan?” tanya Romli
Ibunya
lalu menceritakan Haji Cecep wafat setelah didapati sekarat oleh supirnya. Ia
segera dilarikan kerumah sakit. Setelah mendapat pertolongan darurat, nyawanya
tak tertolong. Rupanya ia terkena serangan jantung yang membuatnya kolaps.
Setelah
wafat di Bandung, jenazah Haji Cecep dibawa ke kampung halmannya di
Tasikmalaya. Tapi suasana di rumahnya seperti tak ada kemalangan apa-apa.
“Aneh
juga, ta ada orang yang datang melayat atau bertakziah. Hanya beberapa orang
saja. Entah kenapa orang seprti enggan. Ada yang menyebut, warga tak terlalu
peduli,” ujar Romli
Kondisi
ini membuat keluarga Haji cecep gundah juga. Warga yang biasanya datang dan
kemudian bergotong royong membantu prosesi pengurusan jenazah tak tampak batang
hidungnya. Akhirnya disewalah beberapa orang untuk mengurus dan menggali
makamnya. Orang-orang bayaran ini juga yang kemudian menguburkan jenazah Haji
Cecep.
“itu
mungkin karene ia acap terlihat acuh terhadap orang lain. Jadi orang-orang juga
mengacuhkan dia saat ia wafat,” uajr Romli
Setelah
beberapa hari kemudian, warga kemudian dikejutkan dengan kabar tak
mengenakkanlainnya. Kuburan Haji Cecep didapati amblas dan tanahnya berantakkan
tak karuan. Seperti ada bahan peledak yang jatuh. Kuburan itu lalu dirapihkan
kembali. Alhamdulillah, setelah itu tak ada kejadian aneh lainnya.
Apa sejatinya yang menimpa Haji Cecep hanya
Allah yang Maha Tahu. Tapi setidaknya kita mendapat pelajaran, bahwa janganlah
sampai kekeyaan atau kesibukkan membuat kkita tak bersilaturahmi atau
mengabaikan kekerabatan dan persaudaraan. Mencari uang banyak juga bukan
segala-galanya. Karena uang hanya satu kekayaan dari kekayaan lain di dunia
ini. Semoga kita bisa mengambil hikmahnya.
0 komentar:
Posting Komentar